Ada tiga tingkatan dalam bahasa Jawa, yaitu (1) ngoko, yang dianggap bahasa kasar dan bersifat paling informal, (2) krama madya, yang dianggap berada di tengah-tengah (agak halus dan agak formal), dan (3) krama inggil, yang dipandang sebagai bahasa Jawa paling halus dan juga paling formal.
dengan bahasa halus, menunduk atau membungkukkan badan ketika lewat di depan orang yang lebih tua. Hal ini seharusnya diterapkan dalam kehidupan masyarakat Jawa supaya identitas utamanya tidak luntur. Kata kunci : ngajeni, sikap menghormati remaja etnis jawa, budaya jawa PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan negara multikultural dan dikenal juga
Pengaruh bahasa Jawa dalam kegiatan pembelajaran khususunya mata pelajaran bahasa Indonesia, menimbulkan beberapa dampak, diantaranya: 1. Pengaruh Positif a. Siswa dapat berperan sebagai pelestari budaya lewat bahasa Jawa yang digunakannya dalam kehidupan sehari-hari b. Siswa lebih cepat memahami materi pelajaran ketika
[1] Etika Jawa keutamannya adalah sikap rasa hormat pada manusia atau orang lain. Dan orang itu dihormati sesuai kedudukkannya atau status sosialnya, kemudian berimplikasi pada tata bahasa, disertai "gerak tubuh"; hal ini menghasilkan cara berkomunikasi (kromo inggil, kromo, dan ngoko), dengan tidak ada yang disebut "konflik terbuka", berbicara kasar atau bicara keras-keras.
budaya serta adat istiadat yang mencerminkan kekayaan bangsa ini ditelisik, tidak ada yang dapat disalahkan mengenai hal ini. Kekuatan Bahasa Ibu yang dikemas. “Wong Jowo, nanging ora njawani” mungkin pepatah itu yang tepat untuk menggambarkan sebagian masyarakat Jawa pada saat ini (Grace, Susanto. 2019)
Bahasa Jawa ternyata ada berbagai macam. Ada bahasa Jawa halus dan bahasa Jawa yang biasa digunakan untuk berbincang santai dengan kerabat. Masyarakat yang sehari-harinya berbicara menggunakan bahasa Jawa adalah mereka yang tinggal di Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur.
DBiDC6Z.
artikel bahasa jawa tentang budaya